HAMA WERENG COKLAT ANCAM PRODUKSI PADI
- 13 Maret 2017
- Oleh: Agung
Pengelolaan hama Wereng Batang Coklat (WBC) merupakan hama dengan perkembangan populasi cepat dan selalu mengancam produksi padi di Indonesia. Dalam dua tahun terakhir, hama ini telah mengakibatkan kerusakan di berbagai daerah sentra padi, baik di Jawa maupun di luar Jawa dengan serangan yang makin meningkat.
Dr. Ir. Sri Nuryani Hidayah Utami, MP., M.Sc, Wakil Dekan II Fakultas Pertanian
UGM, mengatakan serangan Wereng Batang Cokelat (WBC) pada musim hujan tahun
2016 cenderung mengalami peningkatan. Serangan tidak hanya terjadi di sentra
produksi padi di Pulau Jawa, tetapi juga di pulau lain. Sementara itu, berbagai
tindakan pengendalian telah dilakukan untuk menurunkan populasinya.
Sri Nuryani menuturkan sebagian tanaman padi saat ini telah atau akan segera
memasuki musim panen. Meskipun terdapat kecenderungan penurunan populasi dan
luas serangan WBC, namun berdasarkan pada pengalaman tahun-tahun sebelumnya,
prediksi iklim mendatang serta adanya tindakan penggunaan pestisida yang tidak
benar akan bisa mendorong terjadinya ledakan populasi dan luas serangan yang
lebih tinggi di musim mendatang.
"Oleh karena itu, langkah dini sesuai dengan prinsip Pengelolaan Hama
Terpadu (PHT) perlu diterapkan untuk mengurangi risiko terjadinya ledakan WBC
dan virus yang ditularkannya," kata Sri Nuryani di Faperta UGM, Senin
(13/3) saat menyampaikan kesimpulan FGD tentang Pengelolaan Hama Wereng Batang
Coklat.
FGD Pengelolaan Hama Wereng Batang Coklat berlangsung di Fakultas Pertanian UGM
pada 13 Februari lalu. Selain Direktur Perlindungan Tanaman Pangan, Kementerian
Pertanian RI, tampak hadir dalam FGD ini para Kepala Balai Proteksi Tanaman dan
Hortikultura dari berbagai Provinsi (DKI Jakarta, Jawa Barat,
Banten, Jawa Tengah, DIY, Jawa Timur), Ketua Departemen Proteksi IPB, Ketua
Departemen HPT UGM, ahli Hama dari IPB, UGM, UB, juga Kepala BBPOPT Jatisarai
Jawa Tengah.
Sri Nuryani menambahkan mengingat kondisi iklim yang mendukung perkembangan
populasi hama Wereng Coklat maka dalam beberapa waktu terakhir diperlukan
langkah-langkah untuk menurunkan populasi dan mencegahannya. Beberapa langkah tersebut
dirumuskan dalam tindakan pencegahan jangka pendek (sisa musim hujan 2016),
musim kemarau 2017 serta jangka menengah dan panjang.
"Jangka pendek, misalnya pemantauan di daerah yang telah dilakukan
pengendalian dengan pestisida baik kimia sintetik, nabati, maupun mikroba untuk
mengevaluasi hasil sehingga dapat digunakan sebagai dasar pengendalian kalau
diperlukan di masa mendatang. Pemantauan di daerah-daerah sekitar daerah
serangan untuk memantau penyebaran, khususnya di hamparan-hamparan yang baru
saja tanam, eradikasi tanaman dan singgang yang terserang oleh virus yang
terbawa oleh WBC dan lain-lain," katanya.
Untuk musim kemarau 2017, kata Sri Nuryani, petani diharuskan melakukan
penanaman varietas padi yang mempunyai gen ketahanan terhadap WBC dan melakukan
pergiliran varietas tahan untuk mencegah terpatahkannya sifat ketahanan oleh
biotipe baru. Selain itu, petani perlu melanjutkan penanaman refugia di
daerah-daerah endemis WBC, pengamatan yang intensif dan representatif untuk
dapat mendeteksi secara dini adanya populasi WBC. Kegiatan pengelolaan pada
tanaman terserang tetap berdasarkan pada prinsip PHT, mendidik petani di daerah
sentra padi dan daerah endemis WBC untuk membantu melakukan pengamatan dan
melaporkan kepada POPT untuk memperluas daerah pemantauan dan lain-lain.
Sedangkan untuk jangka panjang menengah, yang bertujuan untuk mengurangi risiko
terjadinya ledakan populasi WBC di tahun-tahun mendatang maka diperlukan
perbaikan layanan ekosistem secara berkelanjutan. Adapun langkah-langkah
operasional yang diperlukan, diantaranya peningkatan pemahaman kepada petugas,
petani, dan peneliti secara berkelanjutan tentang masalah WBC dan perannya
sebagai vektor virus. Diperlukan pula pemetaan biotipe dan resistensi WBC,
serta melakukan evaluasi insektisida yang telah terdaftar khususnya dampaknya
terhadap musuh alami dan keperidian WBC.
"Langkah lainnya perbanyakan dan pelepasan parasitoid yang spesifik untuk
WBC secara terprogram dan dievaluasi, pelatihan tentang risiko penggunaan
pestisida baik bagi kesehatan lingkungan maupun manusia, dan penggunaan
pestisida nabati maupun mikroba tetap mengacu pada prinsip PHT, perakitan
varietas tahan dan desain pengelolaan varietas setelah pelepasan untuk
memperpanjang masa hidup varietas tersebut dan memperlambat perkembangan
biotipe WBC dan lain-lain," terangnya. (Humas UGM/ Agung)
Nama : Rochmad Nur Nadif
BalasHapusNIM : 16/394233/PN/14472
Nilai penyuluhan:
1. Adanya sumber teknologi atau ide: Artikel ini mengandung sumber teknologi atau ide baru yaitu Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yang dapatkan diterapkan untuk mengatasi atau memperkecil resiko serangan hama wereng batang coklat (WBC) yang dapat mengancam produksi padi.
2. Adanya sasaran:
- Sasaran langsung yaitu petani dan keluarga petani yang diharapkan mampu melaksanakan kegiatan pengelolaan hama wereng batang coklat (WBC) tetap berdasarkan pada prinsip Pengelolaan Hama Terpadu (PHT).
- Sasaran tidak langsung yaitu petugas, penyuluh atau peneliti dalam upaya meningkatkan pemahamannya secara berkelanjutan tentang masalah hama wereng batang coklat (WBC) dan perannya sebagai vektor virus.
3. Adanya manfaat: Artikel ini sangat bermanfaat bagi para petani khususnya dalam membantu mengatasi atau memperkecil resiko serangan hama wereng batang coklat (WBC) agar produksi padi lebih optimal.
4. Adanya nilai pendidikan: Nilai pendidikan dalam artikel ini yaitu menerapkan prinsip Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) yang sangat menarik untuk dipelajari dan dikembangkan.
Nilai berita :
1. Timelines: Artikel ini mengandung berita yang bersifat baru dan tidak usang, meskipun prinsip Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) telah dikenal lebih dulu, namun prinsip Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) pada masalah hama wereng batang coklat (WBC) dan perannya sebagai vektor virus masih terbilang baru.
2. Proximity: Artikel ini sangat dekat dengan para petani karena dengan mengetahui prinsip Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) maka petani dapat mengetahui cara untuk mengatasi atau memperkecil resiko terkena serangan hama wereng batang coklat (WBC).
3.. Importance: Artikel ini mengandung informasi yang bersifat penting bagi petani karena dengan adanya informasi mengenai prinsip Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) maka petani dapat mengetahui cara untuk mengatasi persoalan pada lahannya.
4. Policy: Artikel ini selaras dengan kebijakan pemerintah karena dengan menerapkan prinsip Pengelolaan Hama Terpadu (PHT) maka petani dapat memproduksi padi secara optimal dalam rangka meningkatkan ketahanan pangan.